Semuanya relatif...


Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental, seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, "syukurlah, sekarang hidup Bejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi".

Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk. Seorang boss berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, managernya menjawab, "namanya Bejo pak! Pegawai rendahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik namanya". Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut "kemujuran" hidup, maka pada saat yang sama ia memisah-misahkan orang ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika anda menghargai dan membebaskan diri dari peringkat-peringkat "keberuntungan" di saat itu anda mampu mendengar bisikan nurani.

Tidak ada komentar: